Borneo Information Specialist - News, Articles, Travelogues, Reviews, Travel Resources, etc.

e-Borneo's Main PageBorneo ToursBorneo HotelsTravel BorneoBorneo ServiceContact Borneo

borneo
Thursday, February 22, 2001

Sampit Jadi Lautan Api (Kalimantan)

Mayat Korban Bentrok Bertebaran

Sampit, BPost
Kerusuhan di kota Sampit, Kotim, Kalteng, belum menunjukkan titik reda. Sebaliknya, memasuki hari keempat (21/2) bentrokan dua kelompok etnis berbeda --penduduk asli dan pendatang-- semakin mengejikan, selain terus terjadi pembunuhan juga dibarengi aksi pembakaran dan pelemparan bom-bom rakitan.

Bentrok terbuka terjadi secara sporadis di sejumlah tempat. Informasi yang dihimpun BPost, dari dua kelompok yang baku serang hingga Rabu (21/2) siang sekurangnya delapan warga kembali tewas.

Delapan mayat korban terbaru itu bertebaran di beberapa tempat. Mayat pertama ditemukan sekitar pukul 06:30 WIB di Jl Dewantara, depan STIE Sampit. Disusul sekitar pukul 08:00 WIB ditemukan tiga mayat tergeletak di sekitar pasar Keramat.

Selanjutnya siang harinya ditemukan seorang mayat wanita di simpang tiga Baamang Tengah. Sedangkan satu mayat lagi ditemukan di Kecamatan Kasongan. Sedangkan seorang warga bernama H Mat Jeliah (35), bunuh diri karena stres.

Berjatuhannya kembali korban pertikaian yang terjadi sejak Minggu itu, menjadikan jumlah korban hingga kemarin berjumlah menjadi 35 orang.

Sementara kota berjuluk Bumi Habaring Hurung benar-benar tak lagi karuan. Kota terdepan di sektor ekonomi di Kalteng itu, kemarin menjadi lautan api.

Salah satu kelompok bertikai membakari perumahan di sejumlah titik hunian lawannya. Aksi bakar-bakaran dilakukan setelah permukiman itu ditinggal kosong oleh penghuninya.

Dari aksi pembakaran itu, ratusan rumah penduduk pendatang tinggal puing. Lokasi pembakaran meliputi kawasan Gang Baruna Baamang Tengah di sekitar kompleks STIE, Jl Baamang III, Jl Gunung Merapi, Baamang II. Lokasi lainnya di Jl Karet, di sekitar wartel Mas Agung Jl Cilik Riwut, serta di sekitar peternakan ayam milik Ayang (sekitar lapangan terbang H Asan).

Meluasnya aksi kerusuhan itu, menurut sejumlah kalangan disebabkan aparat keamanan yang ditempatkan di daerah itu terkesan tidak berdaya membendung besarnya massa penduduk asli yang terus berdatangan dari berbagai daerah pedalaman sekitar Sampit.

Hingga siang kemarin, warga penduduk asli bersenjata mandau maupun panah, melakukan penyisiran hampir seluruh sudut-sudut kota, mencari buruannya sehingga situasi menjadi mencekam.

"Dengan kondisi ini saya menjadi sangat ketakutan, sebab bukan tidak mustahil terjadi korban salah sasaran. Memang, warga asli mengenali musuhnya dengan ketajaman indra penciumannya, tapi siapa tahu bisa kurang tepat," kata seorang warga minta jati dirinya tidak disebutkan.

Sehubungan tidak adanya jaminan keamanan bagi semua warga kota Sampit, menyebabkan warga pendatang yang bertikai maupun warga lainnya, seperti asal suku Banjar, Jawa maupun etnis lainnya melakukan pengungsian ke daerah aman di luar daerah konflik.

Bagi warga pendatang yang bertikai mengamankan diri di kawasan perkantoran Pemkab Kotim, sedangkan bagi warga etnis yang tidak bertikai mengungsi di Desa Mentara Seberang, di PT Sarpatim, sekitar lima kilometer dari Sampit dan daerah aman lainnya.

Sementara itu sejak pagi, warga etnis penduduk asli secara sporadis berkelompok (antara 50-100 orang) melakukan sweeping dari pintu-ke pintu di beberapa tempat seperti Kecamatan Baamang dan sebagian tempat Mentawa Baru Ketapang yang dicurigai sebagai tempat bermukim lawannya.

Untuk membedakan dengan warga pendatang, warga Sampit dan sekitarnya diharuskan mengenakan babat kain merah, yang bisa diikatkan di kepala, di lengan atas pegelangan lengan. Setiap warga yang keluar dari rumah diharuskan menggunakan kain merah tersebut.

Setiap rumah penduduk setempat diperintahkan untuk memasang dua daun Sawang di depan pintu rumah, dengan cara disilangkan. Kemudian di atas daun itu ditulis masing-masing tanda silang putih. Bahkan beberapa rumah sudah ada yang ditulisi nama asal suku seperti Banjar, Arab, Batak, Jawa dll.

Sementara itu di Kuala Pembuang Rabu (21/2) bentrok dengan etnis pendatang juga hampir terjadi karena menyebarnya isu KM Citra Avia mengangkut warga etnis penduduk asli yang akan menyerang warga pendatang. Padahal KM Citra Avia mengangkut puluhan pelajar yang terpaksa pulang kampung, karena kerusuhan di Sampit.

Mendengar isu serangan itu, ratusan warga pendatang dari Desa Pematang Kambat seberang langsung menyerbu ke Kuala Pembuang, untuk mencari para penyerang, sehingga situasi kota di muara Sungai Seruyan itu jadi tegang. Toko dan Pasar langsung tutup, warga lebih memilih berdiam di rumahnya masing-masing.

Upaya memberi pengertian kepada warga pendatang yang dilakukan petugas dan tokoh masyarakat tak digubris, warga etnis pendatang yang dilengkapi senjata itu bergeming dan tak mau kembali. Sikap keras itu sempat mamancing kemarahan tetuha masyarakat setempat.

Source: Banjarmasin Post

Add your




Sunday, September 30, 2001

  • Voters give opposition the boot (Sarawak)
  • It will cost more to use public loo (Sarawak)
  • Sultan arrives for two-day visit to M'sia tomorrow (Brunei)
  • BN should field more women candidates in next election (Sabah)
  • Appointment takes Musa by surprise (Sabah)
  • House of Sabah Deputy CM razed (Sabah)
  • Hijacked tug found in Indonesia (Kalimantan/Sabah)
  • Tragedi Masratu (Kalimantan)
    Footer Other Pages

     

    .

    Travel:

    Borneo Tours  - Sabah Tours -  Sarawak Tours  -  Brunei Tours  -  Borneo All-Inclusive Tours  - Borneo Hotels   - Borneo Destinations   - Borneo Map - Borneo Weather  - Tropical Vacation - Adventure Vacation - Eco & Nature Tour - Wildlife Tour - Scuba Diving Vacation  - Info Borneo  - Travel Blog  -  Travelogue  -  Custom Borneo Tour  -  Borneo Books - Regional Hotels   - European Hotels

    Shortcuts:

    Free E-mail  - E-Cards - Currency Converter - Inside Borneo  - Inside Internet - Mailing List - Tell a Friend - Link2Us

    .

    HomeAbout UsSite Map | Announcement | Bookmark UsDisclaimerPrivacy Policy | Copyright | Contact

    Copyright � and ™ 1999-2008   e-borneo.com   All rights reserved worldwide